Jumat, 26 Maret 2010

Ulang Tahun Ke-50 Badan Astronomi Amerika Serikat, NASA




 

Berawal dari rasa penasaran terhadap kehidupan selain di bumi, pemerintah Amerika Serikat mendirikan organisasi khusus untuk menyelidikinya. Tepat 29 Juli, 50 tahun lalu, National Aeronautics and Space Administration (NASA) mulai bekerja untuk mengeksplorasi luar angkasa.NASA tidak sendiri. Perkembangan begitu pesat berkat semangat berkompetisi dengan saingan terberatnya saat itu, Uni Soviet. Meluncurnya Sputnik 1 pada 4 Oktober 1957 menandai dimulainya space race.

Space race bukan berarti adu balap di luar angkasa. Hal itu diartikan sebagai persaingan USA dan USSR (saat ini Rusia) selama 1957 hingga 1975 untuk mengeksplorasi luar angkasa, mengirim manusia ke sana, dan target utama, mendaratkannya di bulan.Program pertama NASA dijuluki Project Mercury. Sebanyak USD 2,7 miliar diinvestasikan untuk meraih ambisi mendaratkan manusia di bulan. Besarnya anggaran itu menunjukkan keseriusan pemerintah.

Para peneliti bekerja sangat keras. Mereka tidak hanya sekadar meluncurkan satelit, tapi juga membawa penumpang. Kemudian, pada 5 Mei 1961, untuk kali pertama seorang pilot berhasil terbang bersama Mercury dan mengorbit selama 15 menit. Kebahagiaan pun melanda markas besar NASA di Washington D.C., Amerika Serikat. Namun, itu hanya sebuah langkah awal yang kecil. Kurang dari tiga minggu sesudahnya, John F. Kennedy, presiden AS saat itu, berkomitmen bahwa NASA akan mendaratkan manusia di bulan sebelum dekade tersebut berakhir. Sebuah langkah besar yang kemudian mengakhiri superioritas USSR dalam space race.

USSR memiliki 30 rancangan pesawat luar angkasa pada 1964. Berbagai ilmu pengetahuan dikerahkan untuk mengatasi akselerasi kencang ala NASA. Sayang, Rusia tidak didukung dengan organisasi serta komitmen dari pemerintahan komunis. Ilmuwan andalan Rusia Sergey Korolyov memimpin proyek pesawat berawak itu. Namun, lagi-lagi Rusia menghadapi kesialan. Korolyov meninggal dua tahun kemudian. Program luar angkasa Rusia pun kembali terhambat.

Di tengah ketidakstabilan tersebut, NASA merancang Apollo 11. Proyek yang luar biasa. Sebanyak 400 ribu orang terlibat. Dukungan 20 ribu perusahaan serta perguruan tinggi pun didapat. Semangat besar bangsa Amerika terlihat dari investasi sebesar USD 135 miliar atau sekitar Rp 1,2 triliun.

Kebanggaan pun terlihat ketika Apollo 11 mendarat di bulan pada 20 Juli 1969. Itu disaksikan seperlima penduduk dunia lewat televisi. Namun, hingga kini masih banyak orang meragukan kebenaran kejadian fenomenal tersebut.

Semangat Presiden Kennedy kala itu menjadi pelecut ambisi bangsanya. Kini mereka tidak hanya ingin sekadar mendarat di bulan. Mereka berencana bisa merasakan permukaan Mars pada 2037. Michael D. Griffin, administrator NASA, mengatakan, "Pada 2057, kita akan merayakan 20 tahun pendaratan manusia di Mars."

Rencana terdekat, NASA mulai membangun kantor di bulan pada 2020. Dalam empat tahun, itu diharapkan sudah dapat berfungsi sepenuhnya. Mirip International Space Station (ISS).
Tapi, tampaknya, akan banyak hambatan menghadang. Anggaran yang dihabiskan NASA terlalu besar. Dengan demikian, setelah 12 tahun mengembangkan misi ke bulan, mereka tidak bisa melaksanakan misi luar angkasa saat ini.Pemerintah Amerika Serikat mulai berpikir mengalihkan investasi ke bidang yang lebih mendesak. Barrack Obama, salah seorang kandidat presiden AS, menyampaikan bahwa NASA tidak lagi memberikan inspirasi. "Seorang anak di Inggris lebih percaya bahwa Winston Churchill adalah orang pertama yang mendarat di bulan," ujarnya. (yon/gmg/kkn)

Tidak ada komentar: