Minggu, 18 November 2012

RCI Action: Hentikan Pembongkaran Pemancar Kita



31 Oktober semakin dekat, CBC telah meminta para karyawan yang masih tersisa di situs pemancar RCI Sackville untuk mulai membongkar antena dan pemancar yang tidak sedang digunakan oleh 3 broadcaster klien yang masih tersisa (NHK, KBS & Voice of Vietnam) serta service CBC ke Quebec Utara. Lebih jelasnya jika infrastruktur pemancar ini dibongkar maka ia tidak akan kembali lagi.
RCI Action memasang permohonan di website mereka untuk menghubungi Menteri Kebudayaan Kanada James Moore james.moore@part.gc.ca dan katakan padanya agar CBC/Radio Canada menghentikan pembongkaran pemancar Sackville.

(Sumber:RCI Action)
Dalam beberapa hari kedepan jaringan pemancar yang memungkinkan Kanada untuk siaran ke seluruh dunia akan dibongkar satu demi satu. Setelah lebih dari 67 tahun pemancar gelombang pendek RCI telah menjamin suara Kanada bisa didengar meskipun terjadi Perang Dingin, bencana alam dan pemblokiran internet. Kini peralatan komunikasi yang efektif dan efisien ini akan dibongkar oleh brosdcaster publik Kanada CBC/Radio Canada.
Bagi kita yang memahami betapa pentingnya sarana ini merasa sedih karena broadcaster tersebut ingin melenyapkan pemancar itu secepatnya. Siaran gelombang pendek RCI berakhir pada 24 Juni 2012. Negara-negara lain yang menggunakan pemancar tersebut akan berakhir pada 31 Oktober 2012.
Namun demikian CBC/Radio Canada telah memulai proses pembongkaran pemancar-pemancar yang tidak digunakan dan akan mulai membongkar jaringan pemancar yang masih berfungsi dengan segera.
... Pemancar-pemancar tersebut tidak memerlukan biaya banyak untuk perawatannya. Mengapa kita ingin memutus komunikasi dengan dunia? Siapakah yang harus membuat keputusan?
Mohon hubungi Menteri Kebudayaan Kanada James Moore james.moore@part.gc.ca dan katakan padanya untuk menghentikan pembongkaran pemancar kita.
Dan mohon jika anda punya saran beritahu kami di rciaction@yahoo.ca Terima kasih!(www.swling.com/blog) •hind

RADIO FREE ASIA UPGRADES AUTOMATED RECEPTION REPORT SYSTEM NOVEMBER 2012



Radio Free Asia (RFA) is ready to launch a new automated reception report system! For years DXers have been able to submit reception reports to RFA at: www.techweb.rfa.org and receive a QSL card in the mail. In a few days RFA will relaunch the site with system upgrades including:
- an easier-to-navigate interface
- DXer registration
- option to submit anonymous reception reports
Background
The Q-code was developed and instituted in 1912 in order to facilitate communication between maritime radio operators of different nationalities. It is for this reason that the Q-prefix has been excluded from call-signs.
Shortwave radio listeners, or DXers, direct their "QSL" request (Can you verify transmission?) to radio stations around the world they happened to have monitored. "D" in DX is for distance and the "X" refers to the unknown. DXers are hobbyists who enjoy DXing or trying to pick up radio stations from a distance.
These reception reports are valuable to radio stations as they assist in evaluating transmission signal strength and quality. Radio stations usually reply by mailing a "QSL Card". The QSL card acknowledges the receipt of the report and confirms the details of the transmission.
To make the best of changing propagation conditions, RFA rotates frequencies during the summer and winter seasons to maintain the best possible coverage. As a shortwave broadcaster, Reception Reports are important to RFA in helping determine the best frequencies to use in order to reach our target audience.
RFA is a private, nonprofit corporation that broadcasts news and information to listeners in Asian countries where full, accurate, and timely news reports are unavailable. Created by Congress in 1994 and incorporated in 1996, RFA currently broadcasts in Burmese, Cantonese, Khmer, Korean to North Korea, Lao, Mandarin, the Wu dialect, Vietnamese, Tibetan (Uke, Amdo, and Kham), and Uyghur. RFA strives for accuracy, balance, and fairness in its editorial content. As a ‘surrogate’ broadcaster, RFA provides news and commentary specific to each of its target countries, acting as the free press these countries lack. RFA broadcasts only in local languages and dialects, and most of its broadcasts comprise news of specific local interest. More information about Radio Free Asia, including our current broadcast frequency schedule, is available at www.rfa.org/english/about/frequencies.html.
You also have the option of using the following Microsoft Tag from your smartphone. The free mobile app for your smartphone is available at http://gettag.mobi.
Reception reports are also accepted by email at qsl@rfa.org, and for anyone without Internet access, reception reports can be mailed to us at:
Reception Reports
Radio Free Asia
2025 M. Street NW, Suite 300
Washington DC 20036
United States of America

TEMU KANGEN DX KALBAR 2012



Jauh hari sebelum pelaksanaan Temu Kangen DX Kalbar telah diberitahu oleh Bung Siz Iskandar bahwa akan ada kumpul pendengar senior di rumahnya di Graha Bumi Khatulistiwa Jln Tabrani Ahmad Pontianak pada hari Minggu, 28 Oktober 2012. Di kala undangan disampaikan saya bersedia hadir mengingat sebagian pendengar senior adalah salah satu pendiri dan anggota Borneo Listeners Club. Namun disayangkan waktu yang tidak pas bertepatan dengan acara Hari Raya Qurban di tempat saya, sehingga saya berhalangan hadir.

Walau bagaimanapun saya sangat mengappresiasi acara ini bisa berlangsung, setidaknya dengan media radio silaturahmi tetap terjalin dan saya merupakan yang bungsu dari semua pendengar senior yang hadir. Patut dibanggakan dengan radio, kita semua adalah bersaudara yang tak melhat status dan umur dipertemukan dalam satu wadah persahabatan dan persaudaraan yang tak lekang oleh waktu.

Bung Siz Iskandar, disadarinya atau tidak telah mengantarkan saya melihat sisi lain dunia radio bahwa kita bukan saja mendengar radio semata namun ada pertemuan sesama komunitas pendengar. Beliau mengajak saya untuk hadir di Temu Keluarga Pendengar di Solo Jawa Tengah dan pertama kali ikut sangat berkesan sehingga saya rindu dengan pertemuan seperti itu yang mempertemukan kita dengan banyak orang di dalam lingkaran komunitas dan terjalin silaturahmi  sesama pendengar radio hingga hari ini.

Di sela kesibukan pendengar masing-masing di berbagai profesi tentunya adalah pekerjaan yang sulit mengumpulkan rekan pendengar di suatu acara. Tapi saya yakin suatu hari nanti kita akan diberikan kesempatan waktu sehingga kita dapat bertemu.

Kepada rekan pendengar senior saya, saya khaturkan maaf yang setinggi-tingginya tidak dapat hadir dalam acara yang diberi tema “Temu DX Kalbar 2012” dan saya berharap di tahun 2013 acara ini akan terselenggara kembali. Amin. ( Ketua BLC )

TEMU PENYIAR RADIO SUARA VIETNAM



Pada hari Sabtu, 3 Nopember 2012 adalah hari yang sangat dinanti karena pada hari itu cuti tahunan saya dimulai, saya dapat bertemu teman-teman pendengar di ajang Temu Pendengar Radio Taiwan International dan bertemu dengan Penyiar Radio Suara Vietnam (VOV), Melisa yang kebetulan lagi menuntut ilmu di Universitas Nasional ( UNAS ) dan perjalanan liburan saya diakhiri di Bali. Sebuah rencana yang  sudah disiapkan satu bulan sebelum pelaksanaan. 

Pada perjalanan rencana tersebut, RTISI akhirnya mengundurkan waktu Temu Pendengar ke tanggal 10 Nopember 2012, yang mengisyaratkan kepada saya bahwa saya tidak bisa bersua dengan teman yang pernah dijumpai pada 3 tahun yang lalu. Dan rencana berikutnya adalah bertemu dengan Penyiar VOV.
Pertemuan dengan penyiar VOV, dibarengi dengan pertemuan dengan pendengar radio yaitu Rizky Akbariah, dkk dan Aries Tiyanto, dkk. Acara kecil pun telah kami siapkan yaitu Ramah Tamah, Makan Siang, penyerahan souvenir dan Foto bareng. Pada saat hari H, Aries Tiyanto berhalangan hadir dan ketemu saya di Bandara Soetta sementara Rizky Akbariah hanya datang sendiri.  Pertemuan dijadwalkan pada  jam 11.00 WIB dan akhirnya mundur ke jam 12.30 WIB akibat keterlambatan saya hadir di kost Melisa di Jln Salihara Jaktim.  Ya begitulah Jakarta yang belum kelar dari padat dan macet hehe....

Acara berlangsung santai, dimulai perkenalan, ngobrol ringan bercerita tentang VOV dan bahasa Indonesia serta kegiatan di UNAS, makan siang, tukar menukar souvenir, foto bareng dan akhirnya pulang ke tempat masing-masing. ( Red.)

Temu Pendengar RTI – Yogyakarta 11 November 2012



Sungguh, saya tidak pernah menyangka setelah 3 tahun berlalu RTI kembali mengadakan Temu Pendengar di kota dan tempat yang sama tahun ini. Bersama kakak, sengaja tiba di tempat acara lebih awal, siapa tahu di sana sudah ada rekan-rekan sesama peserta, sempat terkejut ketika mendapati di lobi hotel tidak ada satupun wajah yang saya kenal sampai satu jam berlalu baru muncul sosok yang sudah tidak asing lagi, pak Nano dari Bantul. Setelah naik ke lantai 2 barulah menyadari ternyata sejumlah peserta yang dua diantaranya sudah dikenal – pak Siz dan pak Alwi – sudah berada di lantai dua sebelum kedatangan kami. Sambil menunggu di depan ballroom, terlihat kak Farini sibuk keluar masuk membawa sesuatu.
Sesaat kemudian registrasi peserta dimulai, nampak 2 orang yang belum saya kenal sebagai petugas melayani kami dengan ramah – teringat ketika Temu Pendengar pertama 3 tahun lalu  waktu itu kak Tommy menjadi penerima tamu dan saat saya menyebutkan nama, beliau langsung mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Ketika sedang menunggu acara dimulai tiba-tiba dikejutkan suara seseorang menyapa dari arah belakang tempat duduk saya, “mana yang namanya Hindun?”, “saya,” jawabku, “oh...ini yang pendengar Radio Arab Saudi itu, yang sering menang sayembara?”, “ya, menangnya sudah tahun lalu,” kataku. “Bapak siapa?”, tanyaku, “Hari Santosa,” sahutnya, nama yang tidak asing lagi bagi saya setidaknya sampai baru-baru ini ketika saya mengunjungi halaman facebook RTI untuk mengetahui informasi tentang Temu Pendengar, nama itu sering memberikan komentarnya. Sejurus kemudian terlihat seseorang lewat dengan tergesa-gesa di sebelah kiri tempat duduk saya, rupanya kak Tony! Berarti acara akan segera dimulai.

Diawali dengan penayangan gambar aktivitas para penyiar RTI, dilanjutkan dengan sambutan staff RTI – seorang bekas WNI- yang mewakili pimpinan membacakan sambutan dalam bahasa Indonesia, dalam sambutan ini diungkapkan RTI telah menandatangani MOU dengan RRI pada bulan September serta disebutkan juga terjalinnya kerjasama RTI dengan kantor berita Antara, dan juga tercetus harapan untuk dukungan kepada RTI Siaran Bahasa Indonesia secara khusus dan RTI secara umum. Sambutan dari pihak stasiun mitra di Yogyakarta, Rakosa Female Radio, menyebutkan kalau acara WWW – Warna Warni Wanita – telah disiarkan di stasiun tersebut. Pemutaran video para penyiar RTI sedang menjelajahi kota Taipei mulai dari distrik Wanhua, kawasan Taipei 101 sampai pasar malam Shilin begitu mengesankan saya,  biasanya saya hanya mengetahui keunikan Taipei melalui deskripsi para penyiar RTI melalui udara saja namun kali ini bisa melihat suasana kota tersebut dengan mata kepala sendiri meskipun hanya melalui tayangan video.
Sesi tanya jawab dibuka dengan masukan dari pak Hari Santosa yang menyarankan supaya RTI melakukan penyegaran acara yang diperuntukkan bagi generasi muda dan mengharapkan agar RTI tetap bertahan di shortwave, masukan ini ditanggapi oleh kak Tony yang mengatakan bahwa RTI telah melakukan perubahan jadwal guna menghadirkan suasana baru.
Sementara itu pak Hendrik Rotinsulu mengeluhkan tentang penerimaan siaran RTI yang kurang baik, dan menggarisbawahi meskipun mendengarkan siaran shortwave tidak sejernih siaran FM namun disitulah nilai lebihnya.

“Shortwave bukan hanya milik orang-orang sepuh, kami yang muda-muda juga ada yang suka shortwave,” pernyataan dari Sefrizal Arga ini disambut dengan tawa para peserta. Pendengar belia ini juga mengharapkan agar acara-acara RTI bisa disiarkan lebih luas lagi di tanah air.

Sebelum acara diakhiri, pak haji Kustiono mengajarkan bagaimana cara membuat agar penerimaan siaran shortwave bisa lebih jelas yaitu dengan longwire antenna, pembuatan antenna tersebut sangat mudah hanya dengan memanfaatkan kabel serabut sepanjang 10 meter yang dikaitkan ke tiang ataupun pohon dengan biaya pembuatan sekitar Rp. 20.000,00.  Informasi tentang pembuatan antenna ini nampaknya disambut baik oleh kak Tony yang menjanjikan akan memuat sketsa cara pemasangan antenna dalam bulletin RTI.

Temu Pendengar kedua ini sangat membekas dalam hati saya dimana selain bertemu 2 penyiar RTI saya juga berkesempatan untuk bertemu muka dengan para senior yang sudah lama tidak saya jumpai serta berkenalan dengan pendengar lainnya. Sangat menggembirakan acara Temu Pendengar RTI dapat berjalan dengan sukses namun ballroom tempat terselenggaranya acara yang menyusut jadi lebih sempit dari 3 tahun lalu membuat sejumlah momen penting selama acara berlangsung tidak bisa didokumentasikan dengan baik. (hind)