Kamis, 03 Desember 2009

VOA Press Release Desember 2, 2009


LAPORAN KHUSUS VOA MENGENAI EFEK JANGKA PANJANG BENCANA BHOPAL
Penelitian baru memperlihatkan orang-orang terus meminum air tanah yang tercemar

Washington, D.C., 2 Desember 2009 - 25 tahun setelah bocornya bahan kimia di Bhopal, India, VOA menurunkan laporan khusus menguraikan panjang lebar efek jangka panjang bencana industri yang terburuk di dunia itu. Reporter VOA Steve Herman melaporkan banyak orang di kota itu percaya bahwa sekelompok orang mengalami tingginya tingkat penyakit, cacat kelahiran dan keterbelakangan mental akibat racun yang ada di lingkungan mereka.
2 penelitian baru menyebutkan banyak orang di Bhopal terus meminum air tanah yang tercemar seperempat abad setelah bocornya gas yang membunuh 8.000 orang dan meracuni 500.000 orang.
Herman memperoleh dokumen internal yang ditulis oleh pihak berwenang Union Carbide India Limited, sebuah perusahaan bahan kimia Amerika, sebelum bencana yang terjadi pada Desember 1984 itu pada perusahaan cabang India-nya di Bhopal.
3 dokumen dipasang dengan liputan lengkapnya di www1.voanews.com/english/news/Studies-Contend-Bhopal-Still-Contaminated-25-Years-after-Worlds-Worst-Industrial-Disaster-78189342.html
, menunjukkan kebocoran dan meluapnya limbah beracun dari pabrik pestisida itu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum kebocoran yang fatal terjadi.
Aktifis mengatakan dokumen-dokumen itu menunjukkan kesalahan konstruksi pada pabrik dan kelalaian pihak berwenang membantu menyebabkan kecelakaan itu.
Union Carbide mengklaim seorang pegawai yang tidak puas menyabotase pabrik. Dow Chemical, yang membeli Union Carbide pada 2001, mengatakan pertanggung jawaban mereka berakhir pada 1989 ketika Union Carbide membayar 470 juta dolar kepada pemerintah India.
Dalam kunjungannya ke pabrik yang kini telah ditutup itu Herman melihat merkuri dan bahan kimia kering keluar dari pipa yang pecah. Dia juga menemukan ratusan ton bahan beracun dan limbah masih tersimpan di gudang pabrik.


(pubaff@voa.gov) disadur oleh redaksi java.

Tidak ada komentar: