Rabu, 14 April 2010

SANDIWARA RADIO MENGEKSPLORASI KEHIDUPAN DI BAWAH KHMER MERAH



“Memecah Keheningan”, sebuah sandiwara tentang pengaruh rezim Khmer Merah terhadap kehidupan orang Kamboja, akan membuat debut radionya pada 18-24 April di VOA. 

Sandiwara 7 seri akan disiarkan VOA Khmer Service pada malam hari secara berturut-turut, mulai Minggu 18 April dan disiarkan kembali pada akhir pekan Mei.

Sandiwara teater itu telah dipentaskan di panggung di beberapa provinsi Kamboja dalam bulan-bulan belakangan ini.

“Penyiaran melalui radio akan memastikan sandiwara itu didengar oleh audiens yang lebih luas,” kata Youk Chhang, direktur Pusat Dokumentasi Kamboja yang membantu memproduksi sandiwara.

“Memecah Keheningan” menggambarkan betapa kejamnya kehidupan di bawah rezim Khmer Merah - berkuasa April 1975-Januari 1979. Sandiwara itu mendorong orang Kamboja untuk berbagi cerita masa lalu dalam upayanya untuk pulih.
Setiap seri berlangsung selama 15-21 menit, merefleksikan kisah nyata yang ditemui penggubah drama dan sutradara panggung asal Belanda, Annemarie Prins, ketika menjumpai orang-orang yang selamat selama tahun-tahun belakangan ini. 

“Tujuan utama pembuatan sandiwara adalah untuk mencari jalan keluar atas trauma mereka, membantu membuka dialog sebagai bagian proses rekonsiliasi,” kata Annemarie Prins.

Pusat Dokumentasi Kamboja dan Amrita Performing Arts di Phnom Phen berkolaborasi dalam pembuatan sandiwara panggung maupun sandiwara radio “Memecah Keheningan.” 

“Ini adalah sandiwara yang mencoba memecah keheningan Kamboja, kata Youk Chhang. Ini adalah sandiwara tentang orang Kamboja, penderitaan mereka, kemarahan dan keberanian melangkah bagaimanapun keadaannya. Sangat penting bagi orang semua Kamboja untuk melihat dan mendengar sandiwara ini. Hal itu akan membantu memulihkan martabat dan perikemanusiaan kita serta mengangkat moralitas kita serta akan membantu anak-anak kita memahami dengan lebih baik negara mereka.”

VOA Khmer Service siaran 2 kali sehari di Kamboja melalui AM 1575, FM 102 dan FM 105.
(Sumber: VOA Press Release 13 April)

Tidak ada komentar: