Rabu, 14 April 2010

Berita dari Iran ( Ibadah, sebuah keutuhan)




Rasa penghambaan adalah salah satu manifestasi tertua spirit manusia dan
dimensi terpenting eksistensi manusia. Kajian lembaran sejarah kehidupan
umat manusia, menunjukkan selama manusia ada, disana terdapat penghambaan
atau ibadah. Akan tetapi di setiap masa,  bentuk penyembahan di berbagai
etnis dan suku, beraneka-ragam. Sebagian orang menyembah matahari dan
bintang dan sebagian lainnya menyembah berhala yang terbuat dari batu
maupun kayu.

Dengan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran manusia di bawah bimbingan
para nabi, manusia mengenal Allah swt Maha Pencipta, Maha Bijaksana dan
Maha Esa. Terkait hal ini, William James, psikolog asal AS, mengatakan,
"Manusia dapat menemukan pendamping sempurna diri dalam dunia pemikiran
internal dirinya. Mayoritas manusia, baik secara sengaja maupun tidak,
tetap kembali pada hati nuraninya. Menyusul perhatian besar ini, manusia
yang paling hina di dunia akan merasa dirinya sebagai eksistensi penting
dan bernilai.”

Menciptakan pahlawan legendaris, serta kecenderungan mengorbankan diri
untuk Tuhan dan tanah air muncul dari rasa penyakralan manusia yang ingin
menjadi sosok yang dipuja. Untuk itu, kebanyakan manusia dalam sepanjang
sejarah cenderung menyembah makhluk lemah maupun benda mati. Fenomena ini
merupakan penyimpangan dari jalan utama dan sebenarnya.

Sejumlah besar bertanya; apakah keuntungan yang didapatkan manusia dari
rasa penghambaan?  Menurut para pakar, rasa penghambaan merupakan sebuah
naluri yang bermula dari wujud lemah yang menuntut kesempurnaan. Manusia
senantiasa menginginkan dirinya terbang menembus keterbatasan wujudnya
menuju ufuk yang tinggi. Dengan menyembah, manusia akan mencapai hakikat
sebenarnya yang di sana tidak ada kehampaan, keterbatasan, keburukan dan
kekurangan. Sebagaimana dikatakan Einstein, "Dalam keadaan menyembah,
seseorang merasakan kecilnya harapan-harapan dan tujuan manusia, serta
merasakan kebesaran dan keagungan di balik alam semesta.”

Iqbal Lahore, penyair dan pemikir Pakistan menyebut ibadah sebagai
perbuatan vital dan konvensional. Melalui ibadah itu, manusia dapat
memahami posisi dirinya di tengah  kehidupan ini. Sejatinya, penyembahan
tidak terbatas pada manusia saja. Seluruh makhluk di alam semesta ini
bergerak mengarah kepada Allah swt.  Seluruh bagian di dunia ini berjalan
di jalur kasih sayang Ilahi.

Dalam pandangan Quran, seluruh makhluk di alam semesta menyembah sang
pencipta. Semua manusia secara sadar maupun menyembah Zat Yang Haq. Allah
swt dalam ayat 44 surat al-Isra mengingatkan, "Langit yang tujuh, bumi dan
semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun
melainkan bertasbih memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun".

Di mata filosof muslim Farabi, perputaran langit, gerakan bumi, turunnya
hujan dan aliran air menunjukkan penyembahan dan ibadah mereka kepada
Allah.

Tuhan yang Maha Esa adalah wujud yang  paling sempurna dan sifat-sifatnya
yang juga merupakan Zat-Nya, tidak memiliki cacat sedikit pun.  Hubungan
Allah swt  dengan alam semesta berdasarkan pada penciptaan, pengaturan,
karunia dan kemurahannya. Ketika kita mengenal-Nya dengan keutamaan
tersebut, pengenalan itu membentuk hubungan ketundukan dan rasa syukur
kepada Allah yang disebut dengan ibadah. Tuhan yang menguasai seluruh alam
semesta dan mengatur seluruh urusan di langit dan bumi, memberikan
kekuatan kepada manusia yang mempersembahkan ketenteraman hati dan
ketenangan jiwa dalam hidupnya.

Dengan demikian, seluruh manusia, bahkan sebagian mereka yang berpandangan
materialis, memerlukan penyembahan dalam hidupnya. Sejumlah orang yang
berada dalam lingkungan yang tertutup dan terjerat dalam rutinitas serta
terjebak dalam keputusasaan dan stres, menginginkan bercengkerama dengan
hakikat terbaik dan menyembahnya. Pada prinsipnya, karakteristik manusia
senantiasa menginginkan aman dari bahaya dan merasa tenteram. Ajaran Islam
memperhatikan kebutuhan manusia tersebut dan berupaya memelihara rasa
penghambaan untuk mencapai hakikat dan kesempurnaan.

Shalat adalah bentuk penyembahan dan penghambaan paling jelas dalam agama
Islam. Selain itu, shalat merupakan pilar agama. Ketika orang yang
mendirikan shalat merasakan lezatnya zikir kepada Allah yang keluar dari
mulutnya, maka segala kesombongan dalam dirinya akan hilang. Dalam kondisi
demikian, hati dan spirit manusia akan menuju kesucian dan kesempurnaan.
Sumber : Radio Iran

Tidak ada komentar: