Sabtu, 24 April 2010

Berita dari Iran, KTT Keamanan Nuklir, Tujuan dan Hasilnya





Dalam beberapa bulan terakhir, muncul sebuah isu baru yang menambah daftar
ancaman internasional, isu itu adalah ancaman terorisme nuklir. Yang
dimaksud dengan istilah terorisme nuklir adalah kelompok teroris yang
mempersenjatai diri dengan senkata nuklir dalam menjalankan misi terornya.
Korbannya tentu warga sipil yang tak berdosa. Tak syak bahwa fenomena ini
dapat disebut sebagai tragedi kemanusiaan yang mengerikan jika terjadi.
Apalagi kemajuan teknologi saat ini telah membuka pintu bagi siapa saja
untuk membuat bom-bom dahsyat yang bisa merenggut nyawa manusia dalam
jumlah besar. Menyusul adanya kekhawatiran seperti itu, digelar sebuah
konferensi di Washington DC yang mengangkat tema Keamanan Nuklir.
Konferensi ini digelar di tingkat tinggi yang menghadirkan para pemimpin
dari sejumlah negara.

Presiden AS Barack Obama dalam pidatonya di KTT Keamanan Nuklir
mengatakan, ancaman terbesar bagi masyarakat dunia adalah ketika
bahan-bahan nuklir sampai ke tangan kelompok teroris. Dengan alasan itu,
Obama mendesak negara-negara di dunia untuk melaksanakan ketentuan terkait
nuklir untuk menjamin keamanan persenjataan nuklir dan instalasi-instalasi
nuklir.

Isu keamanan nuklir punya kaitan erat dengan nasib semua orang. Karena itu
isu ini dipandang sebagai isu yang sangat mencemaskan bagi masyarakat
dunia. Selama, dunia masih merasakan adanya ancaman senjata nuklir,
ancaman terorisme nuklir juga tak akan pernah hilang. Di antara
negara-negara bersenjata nuklir, AS adalah satu-satunya negara yang pernah
menggunakan senjata pembunuh massal ini. Saat ini, AS tercatat sebagai
negara yang memiliki senjata nuklir dalam jumlah terbesar di dunia. Negara
ini tentu punya kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar terkait
senjata nuklir. Yang menjadi masalah dari penyelenggaraan KTT Keamanan
Nuklir di AS adalah dari seluruh negara di dunia yang berjumlah lebih dari
150 negara, hanya 50 pemimpin negara yang diundang. Jika memang konferensi
ini ditujukan untuk mencari penyelesaian bagi isu keamanan nuklir
seyogyanya seluruh negara hadir di dalamnya. Karena itu, muncul kecurigaan
bahwa KTT Keamanan Nuklir di Washington tak lebih dari sekedar akal-akalan
segelintir negara adidaya, khususnya AS, untuk memperdaya masyarakat
dunia.

Mengenai terorisme nuklir ada sejumlah masalah yang mengemuka. Diantaranya
adalah hubungan langsung dan tak langsung kelompok-kelompok teroris dunia
dengan salah satu negara adidaya dunia. Bukan rahasia lagi bahwa
negara-negara adidaya tak punya kejujuran yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam bertindak mereka selalu mengedepankan standar ganda. Salah satu
contohnya adalah sikap AS terhadap kelompok teroris al-Qaeda dan Taliban.
Kedua kelompok yang dikenal dengan kelompok itu, dibentuk dengan dukungan
AS. Osama bin Laden, pemimpin al-Qaeda dan Mulla Umar pemimpin Taliban di
Afganistan berhasil menguatkan posisi bahkan merebut kekuasaan di
Afganistan berkat bantuan dana, fasilitas dan senjata AS. Kedua kelompok
ini telah melakukan berbagai kejahatan sadis yang mengguncang dunia.

Akibat dari sikap-sikap dan kebijakan standar ganda tadi, ada kekhawatiran
tersendiri terkait kemungkinan kelompok teroris mendapat suplai senjata
pemusnah massal dari adidaya dunia. Sebab bagi negara adidaya semisal AS,
kepentingan diri lebih utama dibanding apapun juga. Jika kepentingan
menuntut, tak mustahil negara ini mempersenjatai kelompok teroris dengan
senjata nuklir. Bukti yang paling aktual adalah rezim teroris Israel.
Rezim ini memiliki gudang senjata nuklir didapatkan berkat kemurahan hati
AS dan Prancis.

Selain masalah terorisme nuklir, di KTT Keamanan Nuklir di Washington DC,
negara-negara adidaya mengupayakan revisi terhadap perjanjian larangan
pengembangan senjata nuklir NPT. Tujuannya adalah supaya hasil revisi
nantinya bisa memenuhi selera negara-negara tersebut dalam melakukan
diskriminasi terkait nuklir. Sebab, NPT yang ada saat ini mengakui hak
pengembangan teknologi nuklir untuk keperluan damai termasuk hak
memproduksi bahan bakar nuklir. Negara-negara adidaya sampai saat ini
belum bersedia melaksanakan isi perjanjian NPT bahkan cenderung memonopoli
proses produksi bahan bakar nuklir.

AS sebagai negara nuklir terbesar sengaja mengumbar isu terorisme nuklir.
Tujuannya adalah untuk membuka jalan bagi dilakukannya revisi terhadap isi
traktat NPT. Sebelum ini, George W Bush saat menjadi Presiden AS
mengusulkan agar hak memproduksi bahan bakar nuklir hanya dimiliki oleh
segelintir negara dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan negara-negara lain
tidak diberi hak dan hanya bisa mendapatkan bahan bakar tersebut dari
negara-negara produsen. Tak syak, umat manusia sangat bergantung kepada
energi. Ketika persediaan energi fosil habis, maka negara yang memiliki
kendali bahan bakar nuklir akan menguasai dunia.

Di akhir KTT, petinggi AS mengaku bahwa konferensi berjalan sesuai harapan
dan telah menghasilkan keputusan yang diinginkan soal pengawasan aktivitas
nuklir. Hanya saja, transformasi yang terjadi dalam beberapa tahun
terakhir mengindikasikan bahwa tidak mudah bagi negara-negara adidaya
tidak akan melaksanakan idenya merevisi NPT dan perjanjian internasional.
Sebab, salah satu faktor paling menentukan dalam memberantas terorisme
nuklir adalah dengan menghapuskan senjata nuklir dari dunia secara penuh.
Dan ini adalah keharusan pertama. Tentu saja negara adidaya seperti AS
tidak akan pernah mau melucuti dirinya dari senjata nuklir.

Selain dari apa yang sudah disebutkan, sikap diskriminasi dan standar
ganda yang diperlihatkan oleh negara-negara adidaya juga harus diakhiri.
Selagi sikap itu masih ada dan AS misalnya masih mendukung kelompok
teroris, maka kemungkinan jatuhnya bahan-bahan nuklir ke tangan teroris
tidak bisa dihindari. Jadi, kalkulasi yang ada menunjukkan bahwa KTT
Keamanan Nuklir yang belum lama ini berlangsung di Washington tidak
membuahkan hasil yang signifikan.

Sejalan dengan KTT ini, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Nalategawa
mengatakan bahwa Indonesia menjaga agar fokus pengamanan nuklir pada KTT
Washington tidak sampai mengganggu prinsip-prinsip pokok NPT. Menurut
Marty, jangan sampai alasan jatuhnya materi nuklir ke pihak-pihak tidak
bertanggung jawab menjadi penghambat yang disengaja atau tidak disengaja
terhadap penggunaan energi nuklir untuk maksud damai.

Nuklir adalah teknologi canggih yang punya banyak kegunaan. Alangkah
indahnya jika nuklir dimanfaatkan secara utuh untuk keperluan damai yang
salah satunya adalah pengadaan energi.(Sumber : Radio Iran)

Tidak ada komentar: