Senin, 02 November 2009

Sekilas Tentang Daily Saving Time


Mulai 1 November 2009 pukul 2 dini hari, seluruh waktu di Amerika Serikat kecuali beberapa wilayah, dimundurkan satu jam. Perubahan ini sekaligus menandai berakhirnya aturan di Amerika yakni Daily Saving Time yang berlaku sejak bulan Maret 2009. Dengan perubahan ini juga, maka perbedaan waktu antara Amerika dengan Indonesia Bagian Barat sampai 14 Maret 2010 bukan lagi 13 jam melainkan 12 jam. Perubahan ini penting dicatat karena mempengaruhi jadwal penerbangan, perdagangan pasar saham serta kegiatan ekonomi lainnya yang terkait dengan Amerika.

Dengan berakhirnya DST, maka seluruh Amerika kini kembali ke perhitungan zona waktu mereka masing masing. Di Amerika, ada empat zona waktu, yakni zona Pasific, zona Pegunungan, zona waktu Amerika bagian Tengah dan zona waktu Amerika bagian Timur. Washington DC dan sekitarnya masuk dalam zona waktu bagian Timur atau Eastern Standard Time.

Daily Saving Time ( DST ) bukan didasarkan pada perhitungan astronomi yang rumit, melainkan pertimbangan pemerintah Amerika sendiri dan sejumlah negara Barat yang mempunyai empat musim dalam memanfaatkan waktu siang selama musim panas yang lebih panjang.

Adalah Benjamin Franklin, salah satu penandatangan deklarasi kemerdekaan Amerika yang pada tahun 1784 pertama menggagas memajukan waktu satu jam selama selama musim panas karena memang siang hari yang lebih panjang. Idenya kala itu, jika waktu dimajukan satu jam, maka pemakaian lilin ( kala itu listrik belum ditemukan) bisa dihemat. Essaynya yang unik berjudul An Economical Project dimuat di surat kabar Journal de Paris, 26 April, 1784 (http://www.webexhibits.org/daylightsaving/franklin.html). Namun gagasan Benjamin Franklin yang ketika itu berada di Paris sebagai wakil dagang Amerika tidak mendapat tanggapan.

Dukungan atas gagasan Benjamin Franklin baru datang 123 tahun kemudian,yakni dari William Willet, seorang kontraktor bangunan di London pada tahun 1907. Setelah itu, perdebatan tentang perubahan jam ini bergulir selama bertahun-tahun di Eropa. Jerman dan Austria adalah negara pertama yang memajukan satu jam waktu mereka selama musim panas pada tahun 1916.. Amerika baru melaksanakan DST tahun 1918. Namun pelaksanaannya tidak seragam hingga menimbulkan kekacauan. Pemerintah Amerika baru menyeragamkan pelaksanaan DST pada tahun 1966 yang dimulai hari Minggu terakhir April hingga Minggu terakhir Oktober. Namun Undang-Undang Energi Amerika 2005 memperpanjang DST dengan memulainya pada pukul 2 dini hari pada minggu kedua Maret sampai minggu pertama November 2 dini hari. Perubahan waktu pada jam itu ditujukan agar tidak mengganggu aktivitas keseharian yang berdampak ekonomi, sosial dan politik.

Memajukan waktu satu jam selama musim panas memang diharapkan pemerintah Amerika memberi dampak penghematan energi, meningkatkan belanja konsumen dan mempererat nilai-nilai keluarga.

Karena banyak sinar matahari selama musim panas, warga Amerika banyak melakukan kegiatan diluar rumah dan tidur lebih malam. Dengan demikian diharapkan kalangan rumah tangga bisa menghemat listrik terutama pada sore dan malam hari. Diharapkan dengan malam yang lebih pendek, konsumsi listrik bisa dikurangi. Pemerintah Amerika berharap bisa menghemat pengeluaran bahan bakar 100 ribu barrel perhari.

Namun sejauh mana penghematan bisa dicapai terus menjadi perdebatan. Departemen Energi Amerika, November 2007 merilis data bahwa selama DST, listrik yang bisa dihemat sekitar 1,3 tera Watt perjam atau penghematan sampai 0,5 persen perhari .Namun dihitung pertahun, persentase penghematan itu hanya 0,03 persen dari jumlah total konsumsi listrik Amerika yang mencapai 3900 Tera Watt perjam. Pengkrtik DST mengatakan data itu tidak menyebutkan jumlah anggaran dan pemakaian bahan bakar yang bisa dihemat.

Namun secara sosial, terjadi perubahan yang signifikan. Masyarakat Amerika yang tadinya bangun jam 6 karena DST "seolah-olah" mereka bangun jam 7 pagi. Mereka pulang kerja ketika matahari masih terang hingga mengurangi kecelakaan lalu lintas. Keluarga juga bisa menikmati kebersamaan mereka menikmati musim panas dengan waktu yang lebih panjang hingga bisa jalan-jalan, entah berlibur atau menghabiskan akhir pekan di mal-mal, kebun binatang dan tempat-tempat keramaian lainnya. Apalagi, sekolah di Amerika libur hampir tiga bulan di musim panas.

Karena perubahan gaya hidup dan keseharian selama musim panas ini, maka dampaknya pada perekonomian sangat kentara. Siang hari yang seolah-olah dibuat lebih panjang ditambah libur sekolah selama tiga bulan, telah meningkatkan belanja konsumen. Sektor penerbangan, pariwisata domestik dan sektor retail ( pusat perbelanjaan, pasar swalayan ) memperoleh keuntungan yang besar. Majalah Fortune 1984 menurunkan data bahwa ketika DST meningkatkan keuntungan minimarket 7-Eleven sampai 30 juta dollar, Yayasan Golf Nasional naik 200 sampai 300 juta dollar.

MSNBC Maret 2008 melaporkan industri olahraga. kegiatan luar rumah dan pusat perbelanjaan, adalah yang paling diuntungkan. Bahkan industri permen karena perayaan halloween 31 Oktober masih dalam waktu DST. Sementara yang paling dirugikan berdasarkan penelitian AC Nielsen dan stasiun televisi Fox, adalah industri televisi yang jumlah pemirsanya turun termasuk pada program prime time karena banyak warga Amerika yang keluar rumah selama musim panas.

Selain Amerika ada 69 negara memberlakukan DST. Namun China dan Jepang tidak memakai aturan ini meski mempunyai empat musim. Terlepas dari semua itu, berakhirnya DST yang dikenal dengan "waktu musim panas" pada 1 November di Amerika, menandai perubahan musim gugur menuju musim dingin, dimana sinar matahari yang hangat selalu menjadi dambaan oleh sebagian besar warga Amerika.
Sumber : Kak Budi Setiawan, penyiar Voice Of America (red_blc)

Tidak ada komentar: