Ketua Biro Informasi Pemerintah (GIO) Jiang Qi-chen sangat terkejut ketika mengetahui berita dipaksanya seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) untuk makan daging babi oleh majikannya di Taiwan, dan merasa perlu meningkatkan pendidikan sipil bagi warga Taiwan, karena masih ada kekurangan dalam pengertian serta penghormatan rakyat Taiwan terhadap kebudayaan asing.
Jiang menegaskan hal tersebut ketika menghadiri sidang interpelasi di Yuan Legislatif pada hari Kamis 13/05/2010 dan menjawab pertanyaan legislator mengenai berita yang telah merusak citra internasional Taiwan itu.
Jiang mengatakan, “Saya rasa ini adalah kekurangan dalam pendidikan sipil sehingga masih ada kekurangan dalam pengetahuan terhadap kebudayaan asing. Kita mungkin tidak menganggap agama sebagai isu kebudayaan yang serius, sehingga hingga taraf tertentu kita abaikan. Mungkin ketika melaksanaan hal tersebut, majikan bersangkutan tidak pernah membayangkan keseriusannnya.”
Menurut Jiang, memaksa seorang umat Islam mengkonsumsi daging sapi adalah sejenis diskriminasi agama yang sangat serius dalam pandangan internasional, maka ada perlu untuk menggalakkan pendidikan sipil diantara warga Taiwan.
Menganggapi isu yang sama, Dewan Urusan Tenaga Kerja (CLA) mengecam majikan yang memaksa pegawainya makan daging babi dan menginstruksikan lembaga bersangkutan menyelidiki dan menghukum pihak terkait.
Ketua Departemen Pengurus Perekrutan Tenaga Kerja Asing CLA Chai Meng-liang mengatakan, “Kami mengecam keras pihak majikan yang tidak menghormati kepercayaan dan agama tenaga kerja dari Indonesia ini. Kami juga akan menyelidiki hal ini dan menghukum pihak yang melanggar hukum.”
Menurut laporan media, seorang majikan wanita Taiwan telah memaksa pegawainya, seorang TKI, untuk makan daging babi sepanjang tujuh bulan. Kalau menolak, gaji TKI tersebut dipotong NTD500.
Hal ini dilaporkan dengan skala besar oleh media masa internasional setelah pegawai tersebut melapor dan meminta bantuan pada lembaga bersangkutan. Pemerintah Indonesia juga telah menyampaikan sikap prihatin
Berkenaan dengan hal ini, saat pihak Radio Taiwan Internasioanl (RTI) menghubungi Bapak Suhartono, Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia, beliau menyebutkan, “Dalam hal ini, hukum di Taiwan tentunya sudah berjalan, dan kita percayakan kepada hukum di Taiwan. Hal ini kita tidak boleh menggeneralisirnya, artinya menganggap semua itu begitu, karena saya juga melihat banyak majikan-majikan Taiwan yang sangat mengerti dengan hak-hak privasi dari tenaga kerja Indonesia sendiri. Saya kira melalui dialog yang baik, banyak majikan yang dapat mengerti. Saat saya mengikuti kegiatan penyerahan penghargaan bagi Majikan dan Pekerja Teladan 2010, yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Taipei, saat kami makan bersama, ada majikan yang bahkan memberitahukan kepada pekerja Indonesianya, bahwa ada sayur yang mengandung babi, ada sayur yang dapat dimakan, ada yang tidak. Saya sangat apresiasi. Jadi semua ini bisa dicapai jika memiliki komunikasi yang baik.”
Saat ini di Taiwan terdapat lebih dari 140 ribu tenaga kerja asal Indonesia. Angka ini meruapkan jumlah yang terbanyak dibandingkan dengan pekerja asing dari negara lainnya. Kasus pemaksaan ini juga mendapat perhatian dari Chinese Moslem Association.
Sekretaris Jendral CMA, Ishak Ma, mengatakan, “Kejadian ini amat sangat disayangkan, kami juga menyatakan keprihatian terhadap ketiga pekerja asal Indonesia. Dalam hal ini, pihak pengadilan juga telah melaksankan tugasnya. Ini juga menjadi satu bahan pendidikan penting bagi semua masyarakat Taiwan. Karena sebagai manusia, kita pasti pernah melakukan kesalahan, dan kita harus berusaha untuk menghindari hal seperti ini terulang kembali.”
Walau kejadian pemaksaan ini telah merusak citra baik Taiwan di mata internasional, namun banyak juga majikan Taiwan yang memiliki sikap dan perhatian yang baik kepada pekerja yang bekerja di rumah mereka. Terbukti salah satu majikan Taiwan yang dinobatkan sebagai Majikan Teladan 2010 oleh pemerintah Kota Taipei, Liang Zhen Fei, yang mempekerjakan seorang TKA asal Indonesia, Susrowanti. Liang tidak saja memperbolehkan Susrowanti utnuk melakukan sholat 5 waktu setiap hari, bahkan kini seluruh anggota keluarga Liang merubah kebiasaan mengkonsumsi daging babi dalam rumah.
“Semua ini untuk menghormati agama yang dianut oleh Sus, jadi kita tidak memintanya untuk makan daging babi, kita menggantinya dengan ayam, ikan atau daging sapi”, tambah Liang yang juga memberikan acungan jempol bagi Susrowanti atas sumbangsih yang diberikan bagi keluarganya. Liang bahkan juga merencanakan untuk memperpanjang kontrak Susrowanti jika telah habis kontrak untuk 3 tahun pertamanya.
RTI juga mencoba menghubungi ketua Pengurus Cabang Istimewa-Nahdatul Ulama di Taiwan (PCI-NU), yakni bapak Bambang Aruip Dwiyantoro, beliau juga sangat menyayangkan hal tersebut dapat terjadi di Taiwan.
“Kasus ini sebenarnya juga dapat terjadi pada pekerja pabrik, apalagi takkala majikan tidak mengetahui bahwa dalam hukum Islam, bukan hanya saja tidak boleh makan babi, namun penggorengannya sekalipun, jika pernah dipergunakan untuk memasak daging babi, maka hukumnya adalah haram”, ujar Bambang.
Ia mengemukakan jika ada pekerja yang menanyakan kepadanya tentang cara penghindaran, biasanya disarankan bagi pekerja untuk sambil menjelaskan kepada majikannya, juga perlu mengerti bahwa keadaan di Taiwan akan sangat sulit bagi umat Muslim untuk merubah keadaan yang ada, khususnya dalam hal makanan.
“Jadi yah kita juga harus mengerti, bahwa banyak majikan yang tidak tahu.Yang penting, selama kita berusaha menghindari, dan jika secara tidak sengaja kita telah memakannya, maka sedapat mungkin untuk segera bertobat dan berdoa, Tuhan pasti bisa memaafkan ketidak-tahuan kita dan kesulitan kita hidup di negeri yang memang mayoritas warganya bukan agama Muslim,” ujarnya.
Sementara itu, Seruni Ayu, salah seorang tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Taichung, yang juga adalah koordinator RTI Fans Club, menyebutkan bahwa dirinya cukup beruntung, karena majikan sangat mengerti keadaan dirinya yang seorang umat Muslim.
“Saya sering mendengar keluhan pekerja yang sangat sulit untuk bisa mencari makanan halal non babi di Taiwan, jadi saya sarankan kepada mereka, jika majikan memberikan makanan yang kebetulan babi, yah terima saja dulu sebagai satu sikap penghormatan, namun selanjutnya kan terserah kita, mau diapakan makanan itu. Kalau saran saya sih, bisa dibuang di belakang, tapi jangan sampai ketahuan majikan, kan enggak enak juga, sudah dikasih malah tidak dimakan. Tapi tetap saya sarankan untuk memberitahukan kepada majikan terlebih dahulu tentang keadaan kita,” tutur Seruni. (Rti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar