Sabtu, 06 Februari 2010

Artikel Sayembara Besar CRI 2010


Pendengar CRI yang budiman, pada tanggal 13, April tahun 1950, Republik Rakyat Tiongkok menggalang hubungan diplomatik dengan Republik Indonesia.
Dari tanggal 18 April hingga 24 April tahun 1955, Konferensi Asia-Afrika (KAA) atau Konferensi Bandung diselenggarakan di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. KAA Bandung dihadiri oleh Perdana Menteri Tiongkok Zhou Enlai beserta delegasi. Dalam KAA Bandung, "Lima prinsip hidup berdampingan secara damai" yang dikemukakan pemerintah Tiongkok dan disponsori bersama dengan pemerintah India dan Myanmar mendapat dukungan penuh seluruh peserta. Setelah berakhirnya KAA Bandung, Perdana Menteri Tiongkok Zhou Enlai mengadakan kunjungan resmi di Indonesia.
Pada tanggal 30 September tahun 1956, Presiden Indonesia Soekarno mengunjungi Tiongkok.
Pada tanggal 1 April tahun 1961, Tiongkok dan Indonesia menandatangani perjanjian persahabatan dan persetujuan kerja sama kebudayaan bilateral.
Pada tanggal 30 Oktober tahun 1967, kedua negara membekukan hubungan diplomatik.
Pada bulan Juli tahun 1985, Tiongkok dan Indonesia menandatangani " Memorandum Saling Pengertian ( MoU ) ", untuk membuka kembali perdagangan langsung kedua negara yang terputus.
Pada bulan Juli 1990, Tiongkok dan Indonesia mengeluarkan komunike bersama tentang pemulihan hubungan diplomatik selama kunjungan Menteri Luar Negeri Indonesia, Ali Alatas di Tiongkok. Kedua negara sepakat memulihkan secara resmi hubungan diplomatik mulai tanggal 8 Agustus tahun 1990.
Pada bulan Agustus tahun 1990, Perdana Menteri Tiongkok, Li Peng mengunjungi Indonesia.
Dari tanggal 14 hingga 19 November tahun 1990, Presiden Indonesia Suharto mengunjungi Tiongkok.
Pada bulan Juni tahun 1991, Presiden Tiongkok Yang Shangkun mengunjungi Indonesia.
Dari tanggal 20 hingga 25 Juli 1993, Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok, Qiao Shi mengunjungi Indonesia.
Dari tanggal 16 hingga 19 November tahun 1994, Presiden Tiongkok Jiang Zemin mengunjungi Indonesia. Pemerintah kedua negara menandatangani " Persetujuan Tentang Promosi dan Perlindungan Investasi " dan " MoU Kerja Sama Iptek ".
Pada tanggal 13 Maret tahun 1996, Menteri Luar Negeri Indonesia, Ali Alatas dalam sidang dengar pendapat DPR menyatakan, Indonesia akan terus mempertahankan kebijakan " Satu Tiongkok ", dimana penyatuan kembali adalah urusan dalam negeri Tiongkok dan Indonesia tidak akan melakukan intervensi pada masalah tersebut.
Pada tanggal 20 Februari tahun 1997, Wakil Ketua Komisi Militer Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, merangkap Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Pertahanan, Chi Haotian mengadakan kunjungan persahabatan resmi di Indonesia.
Dari tanggal 11 hingga 13 April 1998, Menteri Luar Negeri Tiongkok, Tang Jiaxuan mengadakan kunjungan kerja di Indonesia. Presiden Suharto dalam pertemuannya dengan Menlu Tang Jiaxuan menyatakan, Indonesia akan terus meningkatkan hubungan persahabatan dengan Tiongkok.
Pada tanggal 4 Mei tahun 1999, Presiden Indonesia Baharuddin Jusuf Habibie mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) yang menghapus sejumlah peraturan yang mendiskriminasi Etnik Tionghoa Indonesia. Inpres tersebut merupakan tambahan terhadap Inpres Juli 1966 dan September 1998. Inpres tersebut menuntut pejabat pemerintah meninjau kembali semua peraturan yang membatasi kegiatan belajar Bahasa Tionghoa.
Pada tanggal 1 hingga 3 Desember 1999, Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid mengadakan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok. Ini merupakan kunjungan perdana ke luar negeri setelah Gus Dur menjabat sebagai presiden.
Dari tanggal 8 hingga 11 Mei tahun 2000, Menteri Luar Negeri Indonesia Alwi Shhab mengunjungi Tiongkok. Kedua negara menandatangani "Pernyataan Bersama RRT dan RI tentang Arah Kerja Sama Bilateral Masa Depan" dan " MoU Pemerintah RRT dan Pemerintah RI tentang Pembentukan Komisi Gabungan Kerja Sama Bilateral ".
Pada tanggal 19 Oktober tahun 2001, Presiden Tiongkok Jiang Zemin bertemu dengan Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri dalam acara pertemuan informal pemimpin ke-9 Organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Tiongkok.
Dari tanggal 7 hingga 11 November 2001, Perdana Menteri Tiongkok Zhu Rongji mengadakan kunjungan resmi di Indonesia. Kedua pihak menandatangani "Persetujuan Kerja Sama Kebudayaan", "Persetujuan Pungutan Pajak Ganda dan Penghindaran Pajak ", "MoU Kerja Sama Pertanian ", " MoU Kerja Sama Pariwisata" dan "MoU Pertukaran dan Kerja Sama Perbankan" serta "MoU Kerja Sama Ekonomi dan Teknologi".
Pada tanggal 17 Februari tahun 2002, Presiden Indonesia Megawati Soekarnopoutri dalam pertemuan gembira Perayaan Tahun Baru Imlek " Tahun Kuda " di Jakarta mengumumkan, pemerintah Indonesia sudah memutuskan menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai liburan nasional. Keputusan tersebut berarti pemerintah Indonesia secara resmi menghapuskan peraturan yang membatasi masyarakat Tionghoa merayakan hari raya tradisionalnya.
Pada tanggal 8 Oktober tahun 2003, Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao menghadiri KTT Tiongkok-ASEAN ke-7 ( 10+1 ) yang diadakan di Bali. Wen Jiabao menyatakan, Tiongkok dengan resmi bergabung dalam "Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama Asia Tenggara". Perdana Menteri Wen Jiabao bersama para pemimpin anggota ASEAN menandatangani "Deklarasi Bersama RRT dan Pemimpin ASEAN", dan mengumumkan pembentukan "Kemitraan strategis berorientasi perdamaian dan kemakmuran ".
Pada tanggal 4 September tahun 2004, Menteri Perdagangan dan Perindustrian Indonesia, Rini MS Soewandi usai pertemuan menteri ekonomi dan perdagangan ASEAN dengan Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan yang diadakan di Jakarta, mengumumkan 10 negara ASEAN dengan resmi mengakui status ekonomi pasar penuh Tiongkok.
Pada tanggal 27 Desember tahun 2004, Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao mengirim kawat ucapan belasungkawa kepada Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Atas nama pemerintah Tiongkok, PM Wen Jiabao menyampaikan rasa simpati kepada Indonesia yang mengalami gempa bumi hebat dan tsunami. Tiongkok memutuskan menyediakan bantuan darurat kepada Indonesia dan negara-negara yang mengalami bencana gempa dan tsunami.
Pada tanggal 13 Februari tahun 2005, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri perayaan Tahun Baru Imlek yang diadakan Dewan Senior Agama Konfusius Indonesia dan menyatakan ucapan selamat hari raya kepada masyarakat Tionghoa. Presiden SBY menjamin sepenuhnya peranan dan kedudukan masyarakat Tionghoa dalam keragaman budaya Indonesia.
Pada tanggal 29 Maret tahun 2005 subuh, terjadi gempa bumi hebat di perairan sekitar Pulau Sumatra dan menelan sejumlah besar korban tewas dan luka-luka. Pemerintah Tiongkok memutuskan menyediakan bantuan uang tunai sebesar 500 ribu dolar AS kepada pemerintah Indonesia sebagai dana pertolongan bencana. Palang Merah Tiongkok juga memutuskan menyediakan bantuan dana darurat kepada Palang Merah Indonesia sejumlah 300 ribu dolar AS.
Bulan April tahun 2005, Presiden Tiongkok Hu Jintao telah mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Dalam kunjungan itu, kepala negara Tiongkok dan Indonesia telah menandatangani deklarasi bersama tentang pembinaan kemiteraan strategis antara kedua negara, dengan demikian telah menunjukkan arah bagi perkembangan hubungan kedua negara. Ini adalah juga hubungan mitra strategis pertama yang ditandatangani Tiongkok dengan negara-negara ASEAN.
Pada bulan Oktober tahun 2008, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri KTT Asia-Eropa Ke-7 di Beijing.
Selama tahun 2008, volume perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia mencapai 31,5 miliar dolar AS, naik 26% dibandingkan periode sebelumnya. Volume perdagangan ini telah merealisasikan target perdagangan 2010 senilai 30 miliar dolar AS yang ditetapkan pemimpin kedua negara.
Pada bulan Januari tahun 2010, sidang kedua Mekanisme Dialog Wakil Perdana Menteri Tiongkok-Indonesia diadakan di Jakarta. Kedua pihak bersama menyaksikan penandatanganan Rencana Aksi Deklarasi Bersama Pemerintah Tiongkok dan Indonesia tentang Pelaksanaan Kemitraan Strategis.
Saudara pendengar, untuk artikel pertama sayembara Tahun Persahabatan Tiongkok-Indonesia, ada satu pertanyaan yang perlu dijawab pendengar yang mengikuti sayembara, yaitu: Dalam kunjungan Presiden Tiongkok Hu Jintao ke Indonesia tahun 2005, hubungan macam apa yang dibina dalam deklarasi bersama Tiongkok-Indonesia?
Mudah-mudahan Anda bisa memberikan jawaban yang tepat dan mengirim kembali secepatnya kepada CRI.


China Radio International (CRI) dibentuk pada tanggal 3 Desember tahun 1941, satu-satunya radio nasional Tiongkok yang menyiarkan berita dalam bahasa asing kepada dunia. Asas tujuan CRI ialah 'Memperkenalkan Tiongkok kepada dunia, Memperkenalkan dunia kepada Tiongkok, Menyiarkan berita dunia kepada seluruh dunia, Mendorong pengertian dan persahabatan antara rakyat Tiongkok dengan rakyat dunia'.
CRI dewasa ini menyiarkan berita ke seluruh dunia dalam 61 macam bahasa. Terhitung sampai akhir tahun 2008, total program siaran CRI setiap hari mencapai 1520 jam lebih. Tahun 2008 seluruhnya menerima 2,7 juta pucuk surat dan email pendengar CRI dari 161 negara dan daerah, klub pendengar CRI di seluruh dunia mencapai 3600 lebih. Semuanya itu telah memungkinkan CRI menjadi salah satu radio siaran internasional yang penting di dunia.
Tanggal 27 Februari tahun 2006, radio FM pertama CRI, yaitu CRI 191,9 FM diresmikan di Nairobi, Kenya, ini membuka preseden program siaran CRI landing di luar negeri. Selanjutnya CRI 93 FM diresmikan oleh Presiden Tiongkok Hu Jintao dan Presiden Laos Choummaly Saygnasone di Vientiane pada tanggal 19 November tahun 2006. terhitung sampai akhir bulan Mei tahun 2009, CRI mempunyai 21 program siaran FM dan MW di luar negeri dan mengadakan kerja sama dengan 119 FM Broadcasting Station dan 32 MW Broadcasting Station, dua narrow-band radio di luar negeri; total landing program siaran CRI di luar negeri mencapai 724.5 jam/harian.
'CRI Online' kini telah berkembang menjadi platform internet yang paling banyak bahasanya di Tiongkok dengan 61 macam bahasa dan dialek, pengakses CRI Online tersebar di 160 negara dan daerah di dunia, program siarannya mencapai 245 jam/harian. CRI Online pada tanggal 13 Juli tahun 2005 menjadi Inet Radio yang menyiarkan program siaran dalam 4 bahasa dan pada tanggal 14 September tahun 2007 ditingkatkan fungsinya menjadi 11 WebCast dengan menyiarkan program siaran dalam 9 bahasa. Ini menandakan digulirkannya secara menyeluruh internet radio dalam dan luar negeri multi bahasa tipe baru dengan sasaran 'lokalisasi'. Sejauh ini, CRI Online susul menyusul telah membuka 18 WebCast, termasuk 12 Inet Radio di luar negeri, 3 Inet Radio online musik, 2 Inet Radio online dialek dan 1 Inet Radio Haixia Feihong.
Dewasa ini, China Radio International telah mampu menyiarkan program siaran melalui media cetak, radio, televisi, internet dan media baru, sehingga satu kerangka perkembangan multi media yang strukturnya lengkap, perlengkapannya rasional, berpijak pada tradisi dan berorientasi pada masa depan telah terbentuk dalam bentuk embrio tahap awal.
Siaran CRI dalam bahasa Indonesia mulai mengudara secara resmi pada tanggal 10 April tahun 1950. Siaran dalam bahasa Indonesia mengudara 3 kali setiap hari, setiap kali satu jam dengan sinyal yang melingkupi Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan Jepang.
Siaran CRI setiap hari tepat waktu menyiarkan berita terbaru tentang Tiongkok dan internasional serta ulasan berita dan acara khusus yang beraneka ragam isinya, dari berbagai segi memperkenalkan kebudayaan dan sejarah Tiongkok selama 5000 tahun, prestasi yang dicapai Tiongkok sejak dilaksanakannya reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar pada tahun 1979 serta hubungan persahabatan antara kedua negara dan kedua rakyat serta komunikasi dan kerja sama yang saling menguntungkan antara Tiongkok dan Indonesia. Siaran CRI dalam bahasa Indonesia menyuguhkan acara tetap antara lain :< Ekonomi Tiongkok >, , , , , , , < Lagu-lagu Pilihan Pendengar>, < Musik>, dan < Belajar Bahasa Tionghoa Sehari-hari>.
Situs web CRI Online dalam bahasa Indonesia (http://indonesian.cri.cn/ ) diresmikan pada tanggal 1 Mei tahun 2002. Situs web CRI Online dalam bahasa Indonesia merupakan satu-satunya situs web resmi di Tiongkok yang dapat diakses dan dibaca dalam bahasa Indonesia. Situs web CRI Online dalam bahasa Indonesia diharapkan menjadi Jendela untuk Mengenal Tiongkok Dan Seluruh Dunia.
Rubrik-rubrik yang disediakan situs web CRI Online dalam bahasa Indonesia yalah: berita, laporan internasional, laporan dalam negeri Tiongkok, Berita ASEAN, Ruang Ta_Mu (Video), Belajar Bahasa Tionghoa Sehari-hari, Kebudayaan Tiongkok, Olahraga, Kesehatan, Dunia Muslim, Travel, Album foto dan lain sebagainya. Dari Segi UserSessions dan PageViews, Situs web CRI Online dalam bahasa Indonesia telah menempati urutan terdepan di antara situs web-situs web media bahasa Indonesia.
Saudara pendengar, untuk artikel kedua sayembara Tahun Persahabatan Tiongkok-Indonesia, ada satu pertanyaan yang perlu dijawab pendengar yang mengikuti sayembara, yaitu: Kapan Siaran China Radio International CRI dalam bahasa Indonesia mulai mengudara secara resmi ?
Kami menantikan jawaban Anda. 

Perusahaan Terbatas China International Travel Service (CITS) didirikan di Beijing 1954. Melalui perjuangan berat dan upaya gigih selama 50 tahun lebih, CITS telah berkembang menjadi grup perusahaan besar milik negara yang bergerak di bidang-bidang jasa perjalanan, transportasi, perdagangan luar negeri, pengembangan dan pengelolaan properti, bisnis elektronik (e-bisnis), dan lain-lain, dan menjadi salah satu perusahaan perjalanan yang terbesar dan terkuat di Tiongkok.
CITS adalah biro perjalanan pertama yang menerima kunjungan wisatawan asing sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, biro perjalanan gelombang pertama yang mendapat izin khusus melakukan bisnis wisata ke luar daratan Tiongkok, anggota badan usaha pertama dan satu-satunya Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) di Tiongkok, Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Tiongkok, anggota PATA (Asosiasi Perjalanan Pasifik Asia), IATA (Asosiasi Angkutan Udara Internasional), ASTA (Agen Perjalanan Amerika Serikat) dan organisasi internasional lainnya. Dalam kurun waktu 50 tahun lebih ini, CITS telah menerima lebih 10 juta wisatawan asing yang berkunjung di Tiongkok dengan memberi penghasilan devisa lebih 3 miliar dolar AS, bisnis pariwisata ke luar daratan Tiongkok dan domestik meningkat rata-rata 40 persen per tahun, telah menjalin hubungan kerjasama jangka panjang yang mantap dengan lebih 1.400 pelaku usaha perjalanan di seluruh dunia, memiliki 14 perusahaan di Eropa, Amerika, Jepang, Australia dsb, mempunyai 150 anak perusahaan dan badan usaha waralaba di berbagai provinsi, daerah otonom dan kota Tiongkok, dan memiliki jaringan pemasaran dan penerima tamu yang stabil.
CITS selama bertahun-tahun menempati urutan nomor satu dari seratus besar biro perjalanan dalam pemeringkatan Biro Pariwisata Negara atas badan usaha perjalanan di Tiongkok. CITS kini sudah berada di peringkat depan 500 merek paling bernilai di Tiongkok, menjadi merek terkenal internasional, dan terdaftar di lebih 60 negara dan daerah dunia. Laboratorium Merek Dunia, sebuah lembaga evaluasi merek yang kompeten di dunia internasional telah mengumumkan hasil pemilihan "500 merek paling bernilai di Tiongkok 2009", CITS berada di urutan ke-51 dengan nilai merek 13,692 miliar yuan Rmb, menempati urutan pertama dalam kategori badan usaha jasa perjalanan.
Tahun 1998, CITS menjadi badan usaha besar yang dikelola pemerintah pusat. Tahun 2000, lulus sertifikasi sistem mutu internasional ISO9001. Tahun 2003, menjadi badan usaha yang dikelola Komisi Pengawas dan Pengelola Aset Negara di bawah Dewan Negara. Maret 2004, untuk meningkatkan daya saing di dunia internasional dan kekuatan terpadu, CITS dengan disahkan oleh Dewan Negara melakukan reorganisasi dengan Grup Perusahaan Barang-Barang Bebas Pajak Tiongkok, mendirikan Grup Perusahaan CITS. Mei 2006 secara resmi dinamakan PT. Grup Perusahaan CITS. Maret 2008, PT. CITS, PT. Grup Perusahaan Barang-Barang Bebas Pajak Tiongkok didirikan, April 2008, PT. CITS (Persero) didirikan. 15 Oktober 2009, saham A CITS listing di Bursa Sekuritas Shanghai, menandai masuknya CITS dalam pasar saham A. Ini suatu tonggak baru dalam sejarah perkembangan CITS. Setelah berhasil menjadi perusahaan terbuka, CITS akan memperkuat daya saing intinya, merealisasi interaksi positif operasional industri dan operasional modal, dalam rangka mengangkat lebih lanjut reputasi merek nomor satu pariwisata Tiongkok di dunia internasional.
CITS, BUMN industri pariwisata Tiongkok. Tempat tujuan yang sama, pengalaman perjalanan yang luar biasa. Bonafiditas adalah yang mutlak, pelayanan di atas segala-galanya, memilih CITS, lambang selera dan hasil imbal bermutu. Bersama CITS, melanglang buana (CITS, Host to the World).
Saudara pendengar, untuk artikel ketiga sayembara Tahun Persahabatan Tiongkok-Indonesia, ada satu pertanyaan yang perlu dijawab pendengar yang mengikuti sayembara, yaitu: Berapa jumlah wisatawan asing yang diterima CITS telah berkunjung di Tiongkok dalam kurun waktu 50 tahun lebih ini?
Kami menantikan jawaban Anda. 
Kirim jawaban anda ke China Radio International 
email :

indo@cri.com.cn


Kedubes RRT Jl Mega Kuningan 10 No.2 Jakarta 12950





Tidak ada komentar: