Kamis, 15 September 2011

Penyebaran Informasi di Perbatasan Didominasi M’sia





Kendali informasi di kawasan perbatasan selama ini dipegang oleh negera tetangga. Masyarakat lebih akrab dengan sajian informasi melalui radio Malaysia sehingga Kementerian Komunikasi dan Informasi pun berencana memfasilitasi radio komunitas di Perbatasan.“Ada tiga saluran radio Malaysia yang bisa didengar oleh masyarakat perbatasan sementara dari kita hanya RRI, itupun tidak semua desa di perbatasan bisa menangkap siaran RRI tersebut,” kata Ambresius Murjani, Koordinator Kelompok Informasi Masyarakat Perbatasan Sintang kepada Kapuas Post, Rabu (15/9) di Sintang.Menurutnya, ada delapan desa yang berbatasan langsung dengan Malaysia, lima di Ketungau Hulu dan tiga di Ketungau Tengah.
 
“Dengan minimnya informasi dari negeri sendiri membuat pemahaman masyarakat terhadap kondisi yang ada lebih dimonopoli oleh negara tetangga,” jelasnya.Selain itu kata dia, ada radio Malaysia yang khusus menyajikan program berbahasa iban yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat setempat. “Saya lihat mereka memberikan ruang pada kearifan lokal masyarakat sehingga ada program khusus yang dibuat radio menggunakan bahasa iban,” jelasnya.Sejaun ini kata dia, masih belum ada pihak swasta yang mencoba untuk membangun radio yang bisa menyajikan informasi tentang Indonesia kepada masyarakat perbatasan. “RRI juga siarannya menggunakan bahasa Indonesia dan itupun tidak semua desa bisa menangkap siarannya, padahal kalau ada radio yang mengangkat kearifan lokal seperti siaran dengan bahasa masyarakat setempat tentunya informasi yang disampaikan akan lebih mudah diterima dan dicerna masyarakat setempat,” jelasnya.
 
Aktivis pemuda asli Nanga Bayan Ketungau Hulu ini mengatakan tahun ini ada program dari Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk desa informasi di Ketungau Hulu dengan rencana membangun radio komunitas yang berbasis kearifan lokal. “Tapi sekrang masih dalam proses tender dan mudah-mudahan sebelum akhir tahun sudah bisa terealisasi, rencananya kita yang akan mengelola,” ucapnya.Ia berharap dengan adanya program desa informasi itu bisa mengimbangi informasi di kawasan perbatasan yangs elama ini lebih cenderung didominasi negara tetangga. “Karena saat ini saya lihat siapa yang menguasai informasi maka merekalah yang akan mendominasi opini apalagi di tengah kondisi hubungan kedua negara yang memanas seperti saat ini,” jelasnya.Untuk informasi melalui televisi, ia mengatakan hampi semua saluran televisi Malaysia juag bisa ditangkap oleh sejumlah desa di kawasan perbatasan tanpa menggunakan perangkat tambahan. “Tapi dengan adanya antena parabola saat ini juga memungkinkan masyarakat mendapatkan sajian informasi dari negara sendiri,” imbuhnya.
 
Kepala Bagian Informasi dan Komunikasi Sekretariat Daerah Sintang, AM Hermanto SH membenarkan rencana Kementerian Kominfo meluncurkan program desa informasi di kawasan perbatasan. “Rencananya dalam tahun ini sudah terealisasi dan saat ini masih dalam proses tender di pusat,” jelasnya.Ia mengatakan program tersebut dibuat oleh pemerintah adalah sebagai penyeimbang informasi di kawasan perbatasan. “Mudah-mudahan dengan adanya radio kumunitas nanti maka informasi yang tersaji untuk masyarakat perbatasan bisa lebih berimbang dan bermanfaat bagi penguatan wawasan kebangsaan di kawasan itu,” imbuhnya. (mus)
 

Tidak ada komentar: