RFE/RL Marks 60 Years of Fighting for Freedom
(PRAGUE/WASHINGTON) 4 Juli 1950, Radio Free Europe mengudara untuk
pertama kalinya dengan siaran ke Czechoslovakia dari studio di Empire
State Building New York City. Memulai siaran dengan janji menyampaikan
berita “dalam tradisi Amerika yang bebas bicara.”
4 Juli kali ini, tepat 60 tahun kemudian, RFE/RL menjangkau hampir 20
juta orang dalam 28 bahasa dan 21 negara termasuk Russia, Belarus,
Iran, Iraq, Afghanistan dan Pakistan. Tetap menjadi jalur penghubung
bagi orang-orang yang tinggal di zona perang dan di bawah pemerintah
otoriter yang mencari berita serta informasi akurat dan terpercaya.
Misi kami sangat penting. -- Presiden RFE/RL Jeffrey Gedmin.
Menlu AS Hillary Clinton mengatakan dalam suatu kunjungan ke markas
besar RFE/RL di Prague, “RFE/RL adalah kekuatan yang cerdas.”
The Early Years
Akhir 1954, RFE dan Radio Liberty (RL) melakukan siaran dalam 25
bahasa ke Eropa Timur dan Uni Soviet. Menyajikan “megaphone” dibalik
Tirai Besi melalui para pembangkang -- menolak akses normal ke lokal
media -- yang dapat menjangkau jutaan orang sebangsa tanpa
penyensoran. Bertahun-tahun kemudian, ketika ditanya apakah RFE/RL
memainkan peranan signifikan dalam perjuangan Polandia untuk
kebebasan, penerima Nobel Lech Walesa menjawab, “akankah ada bumi
tanpa matahari?”
Coming of Age
Pada 1968, selama masa periode 7 bulan liberalisasi politik di
Czechoslovakia yang dikenal sebagai Prague Spring, RFE adalah sumber
berita independen yang sangat diperlukan. Dengan kekuasaan Soviet
berada di puncaknya dan pembangkang di bawah tekanan kuat sepanjang
1970 dan 1980-an, misi RFE/RL bertambah penting.
Sebagai mantan presiden Czech Vaclav Hayel mengatakan, “Sepanjang
tahun komunisme, RFE/RL memberikan satu-satunya kesempatan untuk
kebebasan bertukar informasi, kebebasan jurnalisme, dan juga
satu-satunya, atau agaknya, sumber informasi utama bagi komunikasi
antara oposisi dan rakyat. Saya percaya masyarakat kami berhutang budi
yang sangat besar kepada RFE/RL atas peran yang dimainkannya di negara
kami.”
Salah satu indikator kesuksesan RFE/RL selalu sejauh mana pemerintah
otoriter berupaya mengganggu siarannya. Pada 1981, sebuah bom
menyerang markas besar RFE/RL di Munich, melukai beberapa karyawan dan
mengakibatkan kerugian sebesar 2 juta dollar. Arsip polisi rahasia
yang dibuka setelah 1989 mengungkapkan serangan itu diperintahkan
pemimpin Romania Nicolae Causescu dan dilakukan teroris Carlos the
Jackal.
Ketika bencana nuklir Chernobyl terjadi pada 1989, media Soviet
mencoba menyembunyikan bencana itu. Akan tetapi, dalam apa yang
disebut oleh sejarawan Arch Paddington sebagai “momen RFE/RL yang
paling bagus,” organisasi itu mencurahkan dari jam ke jam untuk kisah
bencana tersebut, menyediakan instruksi bagi pendengar berkenaan
dengan dekontaminasi makanan serta pakaian, dan petunjuk untuk
melindungi anak-anak dari radiasi.
A Continuing Mission
Pada 1994, ketika konflik Balkan meluas, RFE/RL memulai siaran ke
negara-negara bekas Yugoslavia. Selama kampanye udara NATO 1999,
RFE/RL merupakan satu-satunya stasiun yang mengudara pada malam hari
di Serbia. Laporan langsung dari Belgrade, Brussel dan seluruh wilayah
adalah satu-satunya sumber informasi untuk orang-orang yang mencari
berita pengeboman dan informasi keselamatan.
Dalam 15 tahun ini, RFE/RL memperluas jangkauannya ke Afghanistan,
Iran, Iraq dan Kaukasus Utara. Di Afghanistan Radio Azadi merupakan
outlet media terpopuler dan menerima lebih dari 15.000 pucuk “surat
penggemar” dari pendengar, beberapa diantaranya diperlihatkan di
Perpustakaan Konggres pada Maret 2010.
Di Iran, Radio Farda merupakan sumber informasi independen yang
berpengaruh --terutamanya online-- dan memainkan peranan penting
ketika terjadi tindakan keras pemerintah setelah pemilu presiden 2009
yang disengketakan.
Pada Januari 2010, RFE/RL meluncurkan stasiun baru berbahasa Pashto
untuk wilayah kesukuan Pashtun Pakistan guna memberikan alternatif
atas berkembangnya stasiun ekstrimis di wilayah itu. Dan 2 tahun
sebelumya, RFE/RL memulai siaran harian berbahasa Russia ke wilayah
Georgia yang memisahkan diri, Osetia Selatan dan Abkhazia.
“Misi kami sangat penting,” kata Jeffrey Gedmin presiden RFE/RL.
“Meskipun teknologi berubah --kami menambah radio dengan konten
online, video dan televisi-- misi perwakilan siaran tetap sama.
Source: rferl.org
Copyright (c) 2010.
RFE/Rl, Inc. Reprinted with the permission of Radio Free Europe/Radio
Liberty, 1201 Connecticut Ave., N. W. Washington DC 20036.
(PRAGUE/WASHINGTON) 4 Juli 1950, Radio Free Europe mengudara untuk
pertama kalinya dengan siaran ke Czechoslovakia dari studio di Empire
State Building New York City. Memulai siaran dengan janji menyampaikan
berita “dalam tradisi Amerika yang bebas bicara.”
4 Juli kali ini, tepat 60 tahun kemudian, RFE/RL menjangkau hampir 20
juta orang dalam 28 bahasa dan 21 negara termasuk Russia, Belarus,
Iran, Iraq, Afghanistan dan Pakistan. Tetap menjadi jalur penghubung
bagi orang-orang yang tinggal di zona perang dan di bawah pemerintah
otoriter yang mencari berita serta informasi akurat dan terpercaya.
Misi kami sangat penting. -- Presiden RFE/RL Jeffrey Gedmin.
Menlu AS Hillary Clinton mengatakan dalam suatu kunjungan ke markas
besar RFE/RL di Prague, “RFE/RL adalah kekuatan yang cerdas.”
The Early Years
Akhir 1954, RFE dan Radio Liberty (RL) melakukan siaran dalam 25
bahasa ke Eropa Timur dan Uni Soviet. Menyajikan “megaphone” dibalik
Tirai Besi melalui para pembangkang -- menolak akses normal ke lokal
media -- yang dapat menjangkau jutaan orang sebangsa tanpa
penyensoran. Bertahun-tahun kemudian, ketika ditanya apakah RFE/RL
memainkan peranan signifikan dalam perjuangan Polandia untuk
kebebasan, penerima Nobel Lech Walesa menjawab, “akankah ada bumi
tanpa matahari?”
Coming of Age
Pada 1968, selama masa periode 7 bulan liberalisasi politik di
Czechoslovakia yang dikenal sebagai Prague Spring, RFE adalah sumber
berita independen yang sangat diperlukan. Dengan kekuasaan Soviet
berada di puncaknya dan pembangkang di bawah tekanan kuat sepanjang
1970 dan 1980-an, misi RFE/RL bertambah penting.
Sebagai mantan presiden Czech Vaclav Hayel mengatakan, “Sepanjang
tahun komunisme, RFE/RL memberikan satu-satunya kesempatan untuk
kebebasan bertukar informasi, kebebasan jurnalisme, dan juga
satu-satunya, atau agaknya, sumber informasi utama bagi komunikasi
antara oposisi dan rakyat. Saya percaya masyarakat kami berhutang budi
yang sangat besar kepada RFE/RL atas peran yang dimainkannya di negara
kami.”
Salah satu indikator kesuksesan RFE/RL selalu sejauh mana pemerintah
otoriter berupaya mengganggu siarannya. Pada 1981, sebuah bom
menyerang markas besar RFE/RL di Munich, melukai beberapa karyawan dan
mengakibatkan kerugian sebesar 2 juta dollar. Arsip polisi rahasia
yang dibuka setelah 1989 mengungkapkan serangan itu diperintahkan
pemimpin Romania Nicolae Causescu dan dilakukan teroris Carlos the
Jackal.
Ketika bencana nuklir Chernobyl terjadi pada 1989, media Soviet
mencoba menyembunyikan bencana itu. Akan tetapi, dalam apa yang
disebut oleh sejarawan Arch Paddington sebagai “momen RFE/RL yang
paling bagus,” organisasi itu mencurahkan dari jam ke jam untuk kisah
bencana tersebut, menyediakan instruksi bagi pendengar berkenaan
dengan dekontaminasi makanan serta pakaian, dan petunjuk untuk
melindungi anak-anak dari radiasi.
A Continuing Mission
Pada 1994, ketika konflik Balkan meluas, RFE/RL memulai siaran ke
negara-negara bekas Yugoslavia. Selama kampanye udara NATO 1999,
RFE/RL merupakan satu-satunya stasiun yang mengudara pada malam hari
di Serbia. Laporan langsung dari Belgrade, Brussel dan seluruh wilayah
adalah satu-satunya sumber informasi untuk orang-orang yang mencari
berita pengeboman dan informasi keselamatan.
Dalam 15 tahun ini, RFE/RL memperluas jangkauannya ke Afghanistan,
Iran, Iraq dan Kaukasus Utara. Di Afghanistan Radio Azadi merupakan
outlet media terpopuler dan menerima lebih dari 15.000 pucuk “surat
penggemar” dari pendengar, beberapa diantaranya diperlihatkan di
Perpustakaan Konggres pada Maret 2010.
Di Iran, Radio Farda merupakan sumber informasi independen yang
berpengaruh --terutamanya online-- dan memainkan peranan penting
ketika terjadi tindakan keras pemerintah setelah pemilu presiden 2009
yang disengketakan.
Pada Januari 2010, RFE/RL meluncurkan stasiun baru berbahasa Pashto
untuk wilayah kesukuan Pashtun Pakistan guna memberikan alternatif
atas berkembangnya stasiun ekstrimis di wilayah itu. Dan 2 tahun
sebelumya, RFE/RL memulai siaran harian berbahasa Russia ke wilayah
Georgia yang memisahkan diri, Osetia Selatan dan Abkhazia.
“Misi kami sangat penting,” kata Jeffrey Gedmin presiden RFE/RL.
“Meskipun teknologi berubah --kami menambah radio dengan konten
online, video dan televisi-- misi perwakilan siaran tetap sama.
Source: rferl.org
Copyright (c) 2010.
RFE/Rl, Inc. Reprinted with the permission of Radio Free Europe/Radio
Liberty, 1201 Connecticut Ave., N. W. Washington DC 20036.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar