Sabtu, 07 September 2013

Kisah Pendengar DW dari Algeria



Sebuah kisah panjang dan hubungan khusus antara Bezazel dari Algeria dan DW, kisah DW dan keluarga saya bermula dari kakek saya.
DW adalah teman terbaik saya, teman setia dalam hidup dan mati. DW adalah teman yang selalu ada jika saya memerlukan, teman berbagi pasang surut kehidupan dengan saya.
DW seperti seorang pasangan yang telah saya miliki selama lebih 20 tahun. Saya masih ingat pertama kalinya menemukan DW dan saya mengganggap itu sebagai peristiwa paling membahagiakan dalam hidup.

DW juga teman setia bagi keluarga saya. Kisah DW dan keluarga saya bermula dengan kakek saya yang kini berusia 84 tahun. Dia mulai mendengarkan DW lebih dari 50 tahun lalu, ketika dia berusia 25 tahun. Pada saat itu dia adalah seorang petani dan Algeria masih menjadi koloni Perancis. Kakek saya bersama rekan-rekannya mendengarkan DW melalui sebuah radio Grundig tua yang menggunakan daya dari baterei mobil. Saat itu tidak ada listrik di desa kecil kami.

Kakek saya masih ingat tentang laporan yang dia dengar pada 1960 ketika pembangunan Tembok Berlin dimulai di Berlin Timur.
Ketika  Algeria menjadi sebuah negara merdeka pada 1962, kakek saya pergi ke Perancis untuk bekerja. Dia bekerja di situs konstruksi di kota of Mulhouse. Dia bekerja keras dan berusaha membeli radio kecil yang digunakan untuk mendengarkan DW dengan sedikit uang yang dia dapatkan. Suatu hari dia mengatakan kepada saya bahwa DW adalah jendela ke Jerman dan dunia.

Sejak saat itu DW menjadi sumber informasi terperinci dan objektif bagi kakek saya.

Pada tahun 1977 dia kembali ke Algeria. Dia masih menganggap DW sebagai broadcaster radio terbaik di dunia,  meskipun usianya lanjut dan kesehatannya menurun dia terus mendengarkan DW. Bagi kakek saya acara-acara DW selalu obyektif dan teliti.

Pada tahun 1989 kakek saya mendengar runtuhnya Tembok Berlin melalui DW. Baginya DW adalah seperti sebuah kamus. Suatu kali dia berkata terima kasih pada DW, dia selalu terhubung dengan dunia di sekitarnya.
Dulu dia selalu berkata kepada saya, “kemarilah cucuku, sekarang waktunya mendengarkan DW, waktunya mengunjungi Jerman.”

Sekarang jika ada seseorang bertanya pada saya, “dapatkah kamu membayangkan hidup tanpa DW?”, saya akan mengatakan tanpa keraguan, seperti kakek saya, tidak akan mungkin saya hidup tanpa DW. DW seperti oksigen yang kita perlukan dalam hidup.
(sumber: www.dw.de) - هند

Tidak ada komentar: