Berkurang sudah kerinduan sahabat-sahabat RLC Jawa Timur
setelah pada Minggu, 15 Desember 2013 berhasil
bertatap muka dalam
acara yang dikemas dengan nama Perlok (Pertemuan Lokal) RLC dan Santap
Siang bertempat di RM Prima Rasa, Jl. Ahmad Yani 166, Surabaya.
Pertemuan berlansung hangat, akrab dan
berkesan. Maklum hampir
19 tahun tidak saling tatap muka. Tepatnya setelah Perum (Pertemuan Umum) XI RLC di Ungaran, 5 dan 6 Nopember
1994. Di rumah makan yang tidak terlalu luas itu namun
banyak pengunjung, sepuluh orang dari dua puluh-an yang diundang
dapat datang dengan keinginan yang sama untuk membangkitkan kembali RLC,
separti keinginan sahabat-sahabat RLC dalam reuni yang diselenggarakan pada 3 Nopember 2013, di
Wonosobo. Perlok yang
digagas oleh 3 serangkai, Endi Yubianto, Devi Rinawati dan
Harriyadi Teja Kusuma berjalan ditengah-tengah pengunjung rumah makan,
foto-foto dan siapa-siapa yang hadir sudah dapat dilihat di FB selang
beberapa hari setelah perlok.
Yang hadir
memang tidak banyak, tetapi percayalah mereka pribadi-pribadi yang sukses
dibidang masing-masing. Nurhendro Putranto, misalnya saat ini menjadi orang
pertama di Balai Harta Peninggalan Jawa Timur, Asyaukanie Ong, dai
yang cukup dikenal khususnya di Jawa Timur. Sedang Bung Nus Tuwanakotta dan
Sugiarto, malang melintang didunia broadcast televisi dan radio.
Penampakan berubah, yang dulu kurus, sekarang subur karena
makmur. He he.. Yang dulu
bujang sekarang
sudah beristeri/bersuami bahkan punya anak atau cucu. Harap maklum
usia hampir pasti diatas 40
tahunan. Bahkan ada yang 60 tahun lebih.
RLC adalah klub pendengar radio yang pertama saya
masuki. Berjaya di tahun
delapan puluhan. Selain punya beletin, yang saya ketahui punya AD/ART, ber KTA. Setelah Perum XI
hampir 20 tahun yang lalu, karena satu dan lain hal mengalami kevakuman. Bersamaan
dengan itu banyak radio manca negara, yang
mengurangi jam siarnya. Selanjutnya
saya mendaftar jadi anggota IDXC
(Indonesian DX Club), - hampir sama dengan RLC,- tetapi lebih menjurus ke DX,
punya buletin DIRGANTARA. Selanjutnya saya juga berlangganan ATENSI, BP,
Mediator punya Bornoe Listeners Club. Juga yang online seperti M54-nya
Soehartono Azhar. Dari ber DX lah saya
jadi tahu Radio Swis, Radio Sweden, Radio Canada Int., Radio French Int. Dan
beberapa radio lainnya.
Tidak Ada Mantan RLC
Klub-klub pendengar radio yang hidup dengan beaya dari dan untuk anggota, sangat mungkin mengalami berbagai kendala.
Tidak mungkin bisa terus hidup sehat, kadang - kadang sakit. Syukurlah
kalau sekarang sudah mulai sembuh. Kedepan semoga bisa lebih sehat dan muncul aktivitas dan kreatifitas dalam bentuk yang perlu dirumuskan kembali, tanpa
meninggalkan dunia nguping. Dalam kondisi radio manca negara menghentikan siaran bahasa Indonesianya, RLC kini bangkit
kembali. Dan “Keanggotaan RLC
tetap melekat, tidak menjadi mantan, sesuai AD/ART” kata sahabat Lin Jin
melalui FB.
Mungkin seperti itulah apa yang sekarang dialami
berbagai radio manca negara. Kiranya kelak juga
dapat bangkit kembali
seperti asalnya di SW. Relatif tidak murah (tergantung receivernya), tapi mudah. Tidak perlu
internetan dan punya sensasi sendiri. Bagaimana dengan mendengarkan lewat radio
mitra? Biasanya tidak semua acara disiarkan.
Andalus FM di Malang, misalnya menyiarkan VoA hanya mulai 06.00-07.00
tiap harinya.
Saya terkenang dengan acara Musik
Untuk Anda (pk.
22.00 disiarkan 5x seminggu/Suara Amerika), Sandiwara
Radionya
M.Diponegoro (Jumat
pk. 20.00) dan Dijenjang Malam (pk. 20.30 7xseminggu/Radio Australia) Juga Gema Warta (pk 05.10 tiap hari selepas berita/Radio
Nederland), Ungkapan
Pendapat (
Minggu pk 05.35/BBC), Hallo Pendengar (Minggu 19.35/SJDW} dan banyak
acara lainnya. Marilah radio manca negara yang ada kita rawat sehingga tumbuh
subur dengan sehat berbuah persahabatan dan perdamaian abadi. Tidak ada lagi
penyedapan, atas nama apapun.
Berkenan dengan
apa yang diatur dalam AD/ART selain Perum XI di Wonosobo, yang juga dihadiri
oleh perwakilan radio manca negara antara lain Maria Sukamto (RTI), Hasan Saleh
(RSI) – saya pernah menghadiri Perlok di rumah sahabat Nus Tuwanakotta, Rina
Amarhosea. Perlok juga pernah diadakan di rumah saya, dihadiri Jean van de kok
dari Radio Nederland.
Yang perlu dicatat
Perlok yang diadakan hari itu, merupakan perayaan hari jadi sahabat Devi
Rinawati yang jatuh pada 19 Desember, tidak sekedar
kumpul-kumpul, akan tetapi diisi ceramah
Asyaukanie Ong, penyerahan bendel formulir pendaftaran RLC dari saya ke
sahabat Harriyadi Teja Kusuma. Juga
dibicarakan selintas
rencana pertemuan di
Batu atau di Malang, entah
kapan waktunya.
Pendapat saya nanti pertemuan itu, juga dibuka untuk pendengar radio, selain anggota
RLC. Sebab setelah Perum RLC XI, beberapa kali ada pertemuan pendengar radio,
bahkan beserta keluarga, yang diadakan bukan oleh RLC. Berjalan sukses, juga
dihadiri diantaranya wakil dari VoA, RASI, RTM dan radio lainnya. Saya sempat
menghadiri beberapa diantaranya. (sgg_santoso@yahoo.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar