Sungguh, saya
tidak pernah menyangka setelah 3 tahun berlalu RTI kembali mengadakan Temu
Pendengar di kota dan tempat yang sama tahun ini. Bersama kakak, sengaja tiba
di tempat acara lebih awal, siapa tahu di sana sudah ada rekan-rekan sesama
peserta, sempat terkejut ketika mendapati di lobi hotel tidak ada satupun wajah
yang saya kenal sampai satu jam berlalu baru muncul sosok yang sudah tidak
asing lagi, pak Nano dari Bantul. Setelah naik ke lantai 2 barulah menyadari
ternyata sejumlah peserta yang dua diantaranya sudah dikenal – pak Siz dan pak
Alwi – sudah berada di lantai dua sebelum kedatangan kami. Sambil menunggu di
depan ballroom, terlihat kak Farini sibuk keluar masuk membawa sesuatu.
Sesaat
kemudian registrasi peserta dimulai, nampak 2 orang yang belum saya kenal
sebagai petugas melayani kami dengan ramah – teringat ketika Temu Pendengar
pertama 3 tahun lalu waktu itu kak Tommy
menjadi penerima tamu dan saat saya menyebutkan nama, beliau langsung
mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
Ketika
sedang menunggu acara dimulai tiba-tiba dikejutkan suara seseorang menyapa dari
arah belakang tempat duduk saya, “mana yang namanya Hindun?”, “saya,” jawabku,
“oh...ini yang pendengar Radio Arab Saudi itu, yang sering menang sayembara?”,
“ya, menangnya sudah tahun lalu,” kataku. “Bapak siapa?”, tanyaku, “Hari
Santosa,” sahutnya, nama yang tidak asing lagi bagi saya setidaknya sampai
baru-baru ini ketika saya mengunjungi halaman facebook RTI untuk mengetahui
informasi tentang Temu Pendengar, nama itu sering memberikan komentarnya.
Sejurus kemudian terlihat seseorang lewat dengan tergesa-gesa di sebelah kiri
tempat duduk saya, rupanya kak Tony! Berarti acara akan segera dimulai.
Diawali
dengan penayangan gambar aktivitas para penyiar RTI, dilanjutkan dengan
sambutan staff RTI – seorang bekas WNI- yang mewakili pimpinan membacakan
sambutan dalam bahasa Indonesia, dalam sambutan ini diungkapkan RTI telah
menandatangani MOU dengan RRI pada bulan September serta disebutkan juga
terjalinnya kerjasama RTI dengan kantor berita Antara, dan juga tercetus
harapan untuk dukungan kepada RTI Siaran Bahasa Indonesia secara khusus dan RTI
secara umum. Sambutan dari pihak stasiun mitra di Yogyakarta, Rakosa Female
Radio, menyebutkan kalau acara WWW – Warna Warni Wanita – telah disiarkan di
stasiun tersebut. Pemutaran video para penyiar RTI sedang menjelajahi kota
Taipei mulai dari distrik Wanhua, kawasan Taipei 101 sampai pasar malam Shilin
begitu mengesankan saya, biasanya saya
hanya mengetahui keunikan Taipei melalui deskripsi para penyiar RTI melalui
udara saja namun kali ini bisa melihat suasana kota tersebut dengan mata kepala
sendiri meskipun hanya melalui tayangan video.
Sesi tanya
jawab dibuka dengan masukan dari pak Hari Santosa yang menyarankan supaya RTI
melakukan penyegaran acara yang diperuntukkan bagi generasi muda dan
mengharapkan agar RTI tetap bertahan di shortwave, masukan ini ditanggapi oleh
kak Tony yang mengatakan bahwa RTI telah melakukan perubahan jadwal guna
menghadirkan suasana baru.
Sementara
itu pak Hendrik Rotinsulu mengeluhkan tentang penerimaan siaran RTI yang kurang
baik, dan menggarisbawahi meskipun mendengarkan siaran shortwave tidak sejernih
siaran FM namun disitulah nilai lebihnya.
“Shortwave
bukan hanya milik orang-orang sepuh, kami yang muda-muda juga ada yang suka
shortwave,” pernyataan dari Sefrizal Arga ini disambut dengan tawa para
peserta. Pendengar belia ini juga mengharapkan agar acara-acara RTI bisa
disiarkan lebih luas lagi di tanah air.
Sebelum
acara diakhiri, pak haji Kustiono mengajarkan bagaimana cara membuat agar
penerimaan siaran shortwave bisa lebih jelas yaitu dengan longwire antenna,
pembuatan antenna tersebut sangat mudah hanya dengan memanfaatkan kabel serabut
sepanjang 10 meter yang dikaitkan ke tiang ataupun pohon dengan biaya pembuatan
sekitar Rp. 20.000,00. Informasi tentang
pembuatan antenna ini nampaknya disambut baik oleh kak Tony yang menjanjikan
akan memuat sketsa cara pemasangan antenna dalam bulletin RTI.
Temu
Pendengar kedua ini sangat membekas dalam hati saya dimana selain bertemu 2
penyiar RTI saya juga berkesempatan untuk bertemu muka dengan para senior yang
sudah lama tidak saya jumpai serta berkenalan dengan pendengar lainnya. Sangat
menggembirakan acara Temu Pendengar RTI dapat berjalan dengan sukses namun
ballroom tempat terselenggaranya acara yang menyusut jadi lebih sempit dari 3
tahun lalu membuat sejumlah momen penting selama acara berlangsung tidak bisa
didokumentasikan dengan baik. (hind)